Jumat, 10 November 2017

Ingin anak sukses ? Perhatikan hal ini







Cara kita memuji anak ternyata memiliki dampak yang luar biasa ketika mereka besar nanti, namun kebanyakan orang tua melakukan kesalahan dalam memuji anak.

“kakak dapat nilai 100 ya? Wah kakak pintar!”

“adek lagi gambar ya? Bagus banget gambarnya!”

Banyak orang tua yang berasumsi ketika mereka memuji anak dengan cara seperti itu, maka anak akan tumbuh dengan percaya diri, dan ketika mereka menumbuhkan kepercayaan diri, orang tua berharap kepercayaan diri itu nanti akan membuat anak sukses depannya. Tetapi, ternyata sebuah penelitian menyarankan untuk tidak memuji anak dengan cara demikian, karena pujian tersebut akan mengurangi keinginan anak untuk terus belajar, kemampuan mereka untuk bertahan ketika gagal dan malah mengecilkan kemungkinan mereka untuk sukses.

Fixed mindset vs growth mindset


Untuk memahami mengapa memuji anak dengan cara yang demikian dapat menghambat anak untuk sukses, maka kita perlu untuk memahami terlebih dahulu dua pola pikir ini, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset adalah sebuah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan, misalnya pintar atau tidak, itu tidak dapat dirubah, seseorang bisa menggambar itu karena bakat, atau seseorang jago olahraga itu karena memang berbakat di bidang olahraga. Sedangkan, growth mindset adalah sebuah pola pikir yang percaya bahwa kualitas atau kemampuan itu dapat diasah dan dibentuk, sebuah kepercayaan bahwa kemampuan itu dapat dibentuk lewat strategi, latihan, usaha atau panduan dari orang lain, seseorang bisa pintar karena mereka belajar, seseorang bisa jago menggambar karena rajin menggambar, atau seseorang bisa jago olahraga karena latihan terus setiap hari.

Kedua mindset ini akan sangat mempengaruhi apakah seseorang akan sukses atau tidak. Orang dengan fixed mindset percaya bahwa kesuksesan itu terjadi karena dia punya kemampuan atau berbakat, sebaliknya dia juga percaya bahwa kegagalan di bidang tertentu terjadi karena dia tidak punya kemampuan atau tidak berbakat di bidang itu. Pola pikir ini akan membuat seseorang mudah menyerah dan tidak mau menerima tantangan baru setelah gagal.

Sedangkan, orang dengan growth mindset percaya bahwa kegagalan yang dia alami terjadi karena dia kurang berusaha atau belum menemukan strategi yang tepat. Orang dengan growth mindset tidak melihat kekalahan sebagai sebuah kegagalan, tetapi lebih ke sebuah permasalahan yang harus diselesaikan, dia akan terus mencari solusi bagaimana dia bisa berhasil.

 

Bagaimana pujian dapat mempengaruhi mindset ?


Memuji anak karena kemampuannya akan membuat anak memiliki pola pikir “fixed mindset”. Ketika kita memuji kemampuan anak setelah mereka sukses melakukan sesuatu, misalnya ketika anak dapat nilai seratus kemudian kita langsung memuji “pinter banget anak mamaa..” nah maka itu akan mempengaruhi anak untuk percaya bahwa dia dapat nilai 100 itu karena kemampuannya. Ini akan membuat anak nantinya malah takut untuk mengalami kegagalan dan mudah menyerah ketika menghadapi hal lain yang jauh lebih sulit.

Sebuah penelitian eksperimen pernah dilakukan oleh Dweck dan Claudia Muller, mereka memberikan soal-soal kepada anak kelas 5 SD untuk diselesaikan, setelah selesai semua anak diberikan pujian, tetapi dengan cara yang berbeda. Beberapa anak dipuji dengan : “Wow..hampir benar semua..kamu memang anak yang pinter banget ya..” dan beberapa anak lain dipuji dengan : “wow..hampir benar semua..kamu pasti sudah mengerjakannya dengan sungguh-sungguh..”. Sesuai dugaan, anak yang dipuji karena mereka pintar membentuk fixed mindset, hal ini dapat dilihat dari saat mereka mengerjakan soal tes ke 2 (yang memang lebih sulit dari tes sebelumnya), ketika mereka gagal mengerjakan soal-soal di tes ke 2, mereka langsung menjadi malas-malasan dalam mengerjakan soal tes ke 3 (padahal soal tes ke 3 itu lebih gampang).  Sedangkan anak yang dipuji karena usaha mereka, memiliki usaha dan nilai konsisten pada semua tes yang diberikan, mereka tidak putus asa ketika mengerjakan soal tes ke 2 yang lebih sulit dan tetap mengerjakan soal tes ke 3 dengan sungguh-sungguh.

Bagaimana cara membentuk growth mindset pada anak?


Lalu apa yang harus dilakukan orang tua ketika memuji anak dapat menghambat mereka untuk sukses? Apa yang harus orang tua katakan pada anak? Si peneliti, Dweck menyarankan kita untuk memuji proses anak dalam meraih sesuatu, ketika anak berhasil melakukan sesuatu, kita memuji prosesnya atau apa yang dia lakukan sehingga dia berhasil, contohnya:

“Kakak pasti udah belajar dengan sungguh-sungguh sebelumnya, makanya dapat nilai yang bagus ya? Selamat ya usaha kakak gak sia-sia”

“Adek akhirnya bisa lancar yaa naik sepedanya, padahal tadi udah jatuh 3 kali ya dek? tapi adek gak nyerah dan akhirnya sekarang adek bisa naik sepedaaa...yeey..”
 
“Ihh gambarnya bagus, mama suka warna-warna yang kakak pilih”

 Nah ketika anak gagal, jangan bilang “gapapa yang penting udah berusaha”, Tapi kuatkanlah mereka dengan kata-kata “mama tau kakak udah belajar semalam, coba nanti kita cari strategi belajar lain ya biar bisa dapat nilai bagus, mungkin karena cara belajarnya aja kak..yang salah” atau “jadi pelukis yang hebat itu memang gak bisa sekali gambar, ayo latihan terus ya dek biar makin bagus lukisannya”

Kegagalan adalah kesempatan luar biasa bagi seseorang untuk dapat terus tumbuh, jangan biarkan anak putus asa hanya karena suatu kegagalan.

Bagaimana ketika anak tidak pernah gagal dan mendapatkan keberhasilan tanpa usaha? Jangan puji mereka, berikanlah mereka tugas yang lebih menantang.

Hati-hati, jangan sampai menerapkan growth mindset yang salah


Dweck menyadari bahwa banyak orang salah paham dengan konsep growth mindset ini. Banyak orang tua yang memuji proses anaknya, tidak perduli apapun yang dia lakukan, bagaimanapun hasilnya. Hal ini tentunya salah.

Dweck mengatakan kita harus memuji proses yang mengarahkan anak untuk sukses. Usaha memang salah satu faktor yang menentukan kesuksesan, tetapi hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor. Bantu anak untuk mengenal apa itu strategi, bantu anak untuk menemukan strategi mana yang membuatnya berhasil, misal “kakak berhasil dapet nilai seratus, soalnya kakak rajin nyatet kan sebelumnya”. Ketika anak berhasil, puji strateginya. Ketika anak gagal, bantu mereka untuk menemukan strategi yang tepat.


Dweck menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk membuat anak sukses adalah dengan mengajari mereka untuk “menyukai tantangan, menikmati usaha, menemukan strategi yang tepat dan terus belajar.”




References
Dweck, C.S. (2016). Mindset: The new psychology of success. New York, NY: Penguin Random House.
Mueller, C,M., & Dweck, C.S. (1998). Praise for intelligence can undermine children’s motivation and performance. Journal of Personality and Social Psychology, 75(1), 33-52

Translation from : psychologytoday.com
Writer             : Natalie Kerr Ph. D    
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar