Cara kita memuji anak
ternyata memiliki dampak yang luar biasa ketika mereka besar nanti, namun
kebanyakan orang tua melakukan kesalahan dalam memuji anak.
“kakak dapat nilai 100
ya? Wah kakak pintar!”
“adek lagi gambar ya?
Bagus banget gambarnya!”
Banyak orang tua yang
berasumsi ketika mereka memuji anak dengan cara seperti itu, maka anak akan
tumbuh dengan percaya diri, dan ketika mereka menumbuhkan kepercayaan diri,
orang tua berharap kepercayaan diri itu nanti akan membuat anak sukses
depannya. Tetapi, ternyata sebuah penelitian menyarankan untuk tidak memuji anak dengan
cara demikian, karena pujian tersebut akan mengurangi keinginan anak untuk
terus belajar, kemampuan mereka untuk bertahan ketika gagal dan malah
mengecilkan kemungkinan mereka untuk sukses.
Fixed mindset vs growth mindset
Untuk memahami mengapa memuji anak dengan cara yang demikian
dapat menghambat anak untuk sukses, maka kita perlu untuk memahami terlebih
dahulu dua pola pikir ini, yaitu fixed
mindset dan growth mindset. Fixed mindset adalah sebuah pola pikir yang
percaya bahwa kemampuan, misalnya pintar atau tidak, itu tidak dapat dirubah,
seseorang bisa menggambar itu karena bakat, atau seseorang jago olahraga itu karena memang berbakat di bidang olahraga. Sedangkan, growth mindset adalah
sebuah pola pikir yang percaya bahwa kualitas atau kemampuan itu dapat diasah
dan dibentuk, sebuah kepercayaan bahwa kemampuan itu dapat dibentuk lewat
strategi, latihan, usaha atau panduan dari orang lain, seseorang bisa pintar
karena mereka belajar, seseorang bisa jago menggambar karena rajin menggambar,
atau seseorang bisa jago olahraga karena latihan terus setiap hari.
Kedua mindset ini akan sangat mempengaruhi apakah seseorang
akan sukses atau tidak. Orang dengan fixed mindset percaya bahwa kesuksesan itu
terjadi karena dia punya kemampuan atau berbakat, sebaliknya dia juga percaya
bahwa kegagalan di bidang tertentu terjadi karena dia tidak punya kemampuan
atau tidak berbakat di bidang itu. Pola pikir ini akan membuat seseorang mudah
menyerah dan tidak mau menerima tantangan baru setelah gagal.
Sedangkan, orang dengan growth mindset percaya bahwa
kegagalan yang dia alami terjadi karena dia kurang berusaha atau belum
menemukan strategi yang tepat. Orang dengan growth mindset tidak melihat
kekalahan sebagai sebuah kegagalan, tetapi lebih ke sebuah permasalahan yang
harus diselesaikan, dia akan terus mencari solusi bagaimana dia bisa berhasil.
Bagaimana pujian dapat mempengaruhi mindset ?
Memuji anak karena kemampuannya akan membuat anak memiliki
pola pikir “fixed mindset”. Ketika
kita memuji kemampuan anak setelah mereka sukses melakukan sesuatu, misalnya
ketika anak dapat nilai seratus kemudian kita langsung memuji “pinter banget
anak mamaa..” nah maka itu akan mempengaruhi anak untuk percaya bahwa dia dapat
nilai 100 itu karena kemampuannya. Ini akan membuat anak nantinya malah takut
untuk mengalami kegagalan dan mudah menyerah ketika menghadapi hal lain yang
jauh lebih sulit.
Sebuah penelitian eksperimen pernah dilakukan oleh Dweck dan
Claudia Muller, mereka memberikan soal-soal kepada anak kelas 5 SD untuk
diselesaikan, setelah selesai semua anak diberikan pujian, tetapi dengan cara
yang berbeda. Beberapa anak dipuji dengan : “Wow..hampir benar semua..kamu
memang anak yang pinter banget ya..” dan beberapa anak lain dipuji dengan :
“wow..hampir benar semua..kamu pasti sudah mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh..”. Sesuai dugaan, anak yang dipuji karena mereka pintar
membentuk fixed mindset, hal ini dapat dilihat dari saat mereka mengerjakan
soal tes ke 2 (yang memang lebih sulit dari tes sebelumnya), ketika mereka
gagal mengerjakan soal-soal di tes ke 2, mereka langsung menjadi malas-malasan
dalam mengerjakan soal tes ke 3 (padahal soal tes ke 3 itu lebih gampang). Sedangkan anak yang dipuji karena usaha
mereka, memiliki usaha dan nilai konsisten pada semua tes yang diberikan,
mereka tidak putus asa ketika mengerjakan soal tes ke 2 yang lebih sulit dan
tetap mengerjakan soal tes ke 3 dengan sungguh-sungguh.
Bagaimana cara membentuk growth mindset pada anak?
Lalu apa yang harus dilakukan orang tua ketika memuji anak
dapat menghambat mereka untuk sukses? Apa yang harus orang tua katakan pada anak?
Si peneliti, Dweck menyarankan kita untuk memuji proses anak dalam meraih
sesuatu, ketika anak berhasil melakukan sesuatu, kita memuji prosesnya atau apa
yang dia lakukan sehingga dia berhasil, contohnya:
“Kakak pasti udah belajar dengan sungguh-sungguh sebelumnya,
makanya dapat nilai yang bagus ya? Selamat ya usaha kakak gak sia-sia”
“Adek akhirnya bisa lancar yaa naik sepedanya, padahal tadi
udah jatuh 3 kali ya dek? tapi adek gak nyerah dan akhirnya sekarang adek bisa
naik sepedaaa...yeey..”
“Ihh gambarnya bagus, mama suka warna-warna yang kakak pilih”
Nah ketika anak gagal,
jangan bilang “gapapa yang penting udah berusaha”, Tapi kuatkanlah mereka dengan kata-kata “mama tau kakak udah
belajar semalam, coba nanti kita cari strategi belajar lain ya biar bisa dapat
nilai bagus, mungkin karena cara belajarnya aja kak..yang salah” atau “jadi pelukis yang hebat itu memang gak bisa sekali gambar,
ayo latihan terus ya dek biar makin bagus lukisannya”
Kegagalan adalah kesempatan luar biasa bagi seseorang untuk
dapat terus tumbuh, jangan biarkan anak putus asa hanya karena suatu kegagalan.
Bagaimana ketika anak tidak pernah gagal dan mendapatkan
keberhasilan tanpa usaha? Jangan puji mereka, berikanlah mereka tugas yang
lebih menantang.
Hati-hati, jangan sampai menerapkan growth mindset yang salah
Dweck menyadari bahwa banyak orang salah paham dengan konsep
growth mindset ini. Banyak orang tua yang memuji proses anaknya, tidak perduli
apapun yang dia lakukan, bagaimanapun hasilnya. Hal ini tentunya salah.
Dweck mengatakan kita harus memuji proses yang mengarahkan
anak untuk sukses. Usaha memang salah satu faktor yang menentukan kesuksesan,
tetapi hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor. Bantu anak untuk mengenal
apa itu strategi, bantu anak untuk menemukan strategi mana yang membuatnya berhasil,
misal “kakak berhasil dapet nilai seratus, soalnya kakak rajin nyatet kan
sebelumnya”. Ketika anak berhasil, puji strateginya. Ketika anak gagal, bantu
mereka untuk menemukan strategi yang tepat.
Dweck menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk membuat anak
sukses adalah dengan mengajari mereka untuk “menyukai tantangan, menikmati
usaha, menemukan strategi yang tepat dan terus belajar.”
References
Dweck, C.S. (2016). Mindset: The new psychology of success.
New York, NY: Penguin Random House.Mueller, C,M., & Dweck, C.S. (1998). Praise for intelligence can undermine children’s motivation and performance. Journal of Personality and Social Psychology, 75(1), 33-52
Translation from :
psychologytoday.com
Writer :
Natalie Kerr Ph. D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar