Selasa, 10 November 2020

Sudahkah kamu dewasa?

Untuk yang sedang berada di usia tanggung 17 hingga 18 tahunan..mungkin kalian seringkali dihadapkan dengan kebingungan. 

Kadang-kadang kalian dianggap anak-anak yang masih perlu diurus oleh orang tua. Di situasi lain, kalian dianggap sudah cukup dewasa untuk memahami banyak hal.

Di usia kalian yang sudah menginjak 17 hingga 18 tahunan, mau tidak mau kalian harus belajar untuk menjadi dewasa.

Namun, sudahkah kalian memahami apa arti dari menjadi dewasa?

Arti Dewasa


Dewasa berarti lebih bijak dalam menyikapi hidup.

Agar dapat menjadi lebih bijaksana, kita harus belajar untuk dapat membedakan mana yang bisa kita kendalikan, mana yang tidak.

Semakin kita dewasa, semakin kita menyadari bahwa dunia tidak hanya tentang kita. 

Semakin kita dewasa, semakin kita menyadari setiap orang punya kesulitannya masing-masing.

Semakin kita dewasa, semakin kita menyadari bahwa melihat dan memperbaiki apa yang ada di dalam diri, lebih penting daripada sibuk mengomentari hal-hal yang berada di luar kendali.

Belajar membedakan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak

Singkatnya, belajar dewasa berarti belajar membedakan mana yang bisa kita kendalikan dan mana yang tidak.

Ada banyak hal di dunia ini dan tidak semuanya bisa kita kendalikan.

Namun, bukan berarti kita tidak punya kendali atas apa pun. 

Hal-hal yang dapat kita kendalikan salah satunya adalah... diri kita sendiri.

Kita bisa mengendalikan apa yang kita pikirkan.

Bagaimana kita merespon setiap kejadian.

Bagaimana cara kita menyelesaikan suatu masalah.

Apa saja yang dapat kita lakukan hari ini.

Kita sangat bisa mengendalikan apa yang menjadi keputusan dan sangat bisa pula memutuskan apa yang menjadi cita-cita.

Untuk hal-hal yang ada di luar kendali kita, ada banyak sekali....

Kita tidak bisa mengendalikan bagaimana orang berpikir terhadap kita, bagaimana orang lain memperlakukan kita, apa yang orang lain katakan, apa yang orang lain rasakan dan apa yang orang lain putuskan.

Ada banyak lagi, misalnya cuaca hari ini, kejadian-kejadian masa lalu dan apa yang akan terjadi di masa depan.

Semua itu, tidak dapat kita kendalikan dan apabila kita berusaha mengendalikannya, yang kita dapatkan hanyalah rasa lelah. Kita malah gagal untuk menjadi bijaksana.

Untuk kalian yang saat ini sedang berusaha menjadi dewasa,

Semoga kalian diberikan keberanian untuk dapat mengubah hal-hal yang bisa dikendalikan, dan diberikan kebesaran hati untuk dapat menerima hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Juga, diberikan kebijaksanaan untuk dapat membedakan keduanya.














Sabtu, 10 Oktober 2020

Mencari Cara untuk Bahagia

Dunia seringkali menipu kita dengan menjanjikan kebahagiaan.




Saat Sekolah


Saat kita dulu masih sekolah, kita berharap cepat-cepat lulus ujian nasional. Ujian nasional saat itu sangat mendebarkan, kita ditakut-takutkan. Apabila tidak lulus, hancurlah masa depan kita. Dan apabila nilai ujian nasional kita bagus, maka cerahlah masa depan kita.

Setelah Ujian Nasional itu berakhir, kita pun bahagia. Memilih melakukan berbagai macam cara untuk merayakan. Ada yang memilih untuk menonton film-film kesukaannya sepuas-puasnya di rumah. Ada yang memilih dengan mengadakan acara coret-coretan seragam bersama teman-teman.

Apapun itu acaranya, kita merasa jadi orang paling merdeka, kita bahagia.

Namun, hanya untuk beberapa hari.

Selanjutnya, kita dihadapkan lagi dengan kuliah atau kerja.

Ketika dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sulit, kita pun stres kembali.

Dimana kah kebahagiaan saat coret-coret seragam itu? Kebahagiaan itu semakin lama terus semakin pudar, karena hidup pun harus terus berlanjut.

Suatu hari, kita mendapatkan pengumuman bahwa akhirnya kita lulus di universitas favorit atau mendapatkan pekerjaan yang kita idam-idamkan. Kita pun bahagia lagi!

Kita pun berpikir =, "Aha, akhirnya inilah saatnya aku menjalani hidup yang membahagiakan!"

Pengumuman yang membahagiakan itu pun ternyata semu. Ada kesulitan-kesulitan semasa kuliah atau kerja, yang terkadang kala membuat kita stres. Terkadang kala juga membuat kita putus asa dan ingin berhenti dari apa yang saat ini sedang kita jalani.

Saat Kuliah atau Kerja


Untuk yang sedang kuliah, kesulitan-kesulitan pun dijalani, hingga tibalah puncak kesulitan paling dasyat tiba: skripsi. Kita pun berusaha dengan segala macam cara untuk dapat menyelesaikan skripsi, dengan bayangan..."Wah, setelah lulus aku bisa cepet kerja terus dapat duit banyak."

Setelah skripsi itu selesai dan akhirnya kita wisuda, ternyata kenyataan pun tak sesuai dengan bayangan yang indah. Harus merasakan panas-panasan kesana kemari mengikuti proses rekrutmen dan seleksi di berbagai perusahaan. Harus merasakan tidak nyamannya ketika kamu ditolak oleh perusahaan tempat kamu melamar. dan belum lagi menghadapi rasa tidak nyaman ketika tetangga mulai nyinyir.."lulusan S1 kok belum kerja sih?"

Untuk yang sudah kerja, ternyata kesulitan-kesulitan itu tetap ada, malah kadangkali berat. Harus menghadapi kenyataan bahwa kerjaan kadang tak sesuai dengan gaji yang didapatkan. yang gajinya besar, mengeluh bahwa lingkungan kerja dan teman-temannya sangat tidak nyaman dan membuatnya kehilangan semangat. Beberapa orang juga mengeluh bahwa ia benci dengan apa yang ia kerjakan setiap hari, kalo kata orang-orang "kerjaan gue gak sesuai passion!"

Ada yang memutuskan untuk bertahan. Ada yang memilih resign. Ada yang memilih mencari kerjaan baru.

Setelah resign, kita merasa terbebas. terbebas dari kezoliman kalo kata orang-orang. Ada juga yang merasa terbebas dari perbudakan duniawi.

Tetapi, itu hanya sementara saja, perasaan merdeka hanya terasa 2-3 bulan setelah resign.

Setelah itu pun kita pusing, selanjutnya apa yang harus kita lakukan?

Uang mulai habis, tabungan mulai menipis..

Lalu, dimana kah letak kebahagiaan itu?     

Lalu, kapan kita bisa menemukan kebahagiaan?    

Minggu, 12 Juli 2020

Terjebak Sama Perencanaan Karier mu? Mari Mulai dengan Membuat Karier Jurnal

New measurement solutions to help brands measure Pinterest's ...

Manfaat Besar dalam melakukan perjurnalan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan karier Kamu.

Tepat setelah lulus kuliah, Saya membeli satu map berwarna kuning. Map kuning ini saya gunakan untuk menyimpan apa pun yang berkaitan dengan karier saya nanti. Misalnya Resume/Riwayat Hidup/CV, Sertifikat-sertifikat pencapaian saya, Sertifikat-sertifikat seminar atau training beserta dengan materi-materinya, dan apa pun yang bisa menjadi nilai jual ketika wawancara kerja.

Ini bagus banget untuk bisa meningkatkan karier-mindset kita.

Dan sekarang saya berada di posisi untuk membantu orang lain untuk menavigasikan eksplorasi karier mereka, Saya merubah konsep menyediakan ruang untuk material karier menjadi eksplorasi karier jurnal.
Bukan cuma jadi map kuning yang kaku, tapi lebih ke buku/notebook atau binder dimana seseorang dapat bisa menyimpan maupun mengeksplorasi apa pun terkait karier mereka di binder tersebut.

Di bawah ini ada beberapa komponen kerangka secara umum ini jurnal karier. Saya melihatnya sebagai seumur hidup yang dijalankan sepanjang rentang karir seseorang.

Tidak hanya menambahkan folder untuk resume dan sertifikat pencapaian, tujuan utamanya adalah melakukan penulisan introspektif dan bertukar pikiran tentang tema-tema yang berkaitan dengan karier. 

Apa saja yang perlu tercantum di Karier Jurnal?


Saya sarankan membagi bagian buku catatan / pengikat ke masing-masing pos berikut:

1. Nilai-nilai Inti: Tuliskan apa sih yang paling penting dan benar-benar bisa jadi panduan terhadap apapun pekerjaan yang kamu lakukan. Apa yang benar-benar menjadi peganganmu ketika menjalani hari-harimu di dunia kerja?


2. Skill/Kemampuan/Kelebihan: Go Ahead, Kamu bisa apa? Kamu juga perlu tau skill apa yang paling dibutuhkan saat ini, coba klik disini.

3. Interest and Hobby: Semuanya, yup, tulis semua yang membuat kamu tertarik.

4. Kebutuhan dan Keinginan: Dari Kerjaan, Dari Hidupmu secara umum, Kebutuhan apa yang penting, Kebutuhan apa yang mewah, atau yang mana sebenarnya gak terlalu penting tapi kamu pengen?

5. Apa yang menjadi penghambatmu dalam berkarier?

6. Mission, Meaning, and Focus: Apa yang mendorongmu untuk melakukan sesuatu, dan mengapa kamu mau melakukan pekerjaan tersebut? (Selain dari materi)

7. Kata kunci dan judul Pekerjaan: Ketika Kamu menemukan kata kunci atau pekerjaan yang menarik minat kamu, dicatat di jurnal, ini berguna nanti kalau kamu mau duduk dan melakukan pencarian pekerjaan di internet.

8. Jika ada yang memuji kamu, catat dan minta testimoni mereka dengan adanya paraf mereka di jurnal kamu. 

9. Reality and Research: Membuat goals itu bagus tapi gimana jadinya kalau ternyata tidak bisa direalisasikan di dunia? apa rencanamu?

10.  Sumber: Ingatlah dan catat data orang - orang, baik itu kolega, teman, guru, mentor, mantan kolega/rekan kerja...atau siapa pun itu yang suatu saat akan kamu butuhkan kembali di dunia kerja.

11. Resume (CV) dan Surat lamaran kerja: Selalu rajinlah dalam mengupdate keduanya

12.  Edukasi yang berkelanjutan: Keahlian apa yang ingin kamu tambahkan di karier toolkit kamu?  Buat daftar dimana, kapan, bagaimana, dan dengan siapa kamu dapat tumbuh menjadi seorang prosefional? Beberapa karier membutuhkan pendidikan yang berkelanjutan dan kamu harus mengetahui wawasan itu.

Isilah journalmu ketika ada inspirasi baru yang dapat kamu tuliskan.

Kita tidak tau bagaimana karier profesional kita nanti akan berujung kemana? tapi bisa terus-menerus mengeskplorasi karier kita sambil berjalan. Kita bisa belajar meningkatkan sense kita terhadap apa yang kita butuhkan di dunia kerja. Kemampuan dan Kemauan kita untuk mengeksplorasi apa yang kita butuhkan dan apa yang kita mau di dunia kerja, akan membawa kita pada kepuasan kerja. 

Selamat mencoba !

source: pychologytoday.com

Senin, 08 Juni 2020

Alasan mengapa resolusi tahun baru sangat mudah gagal

Membuat resolusi saat tahun berganti sudah menjadi tradisi sejak lama. Namun, siapa sih diantara kita yang pernah benar-benar berhasil mewujudkan semua resolusinya? Jarang sekali.

Lalu, aku mikir instead of bikin list pencapaian di tahun ini, mending aku list dulu nih apa sih hal-hal yang selama ini jadi penghambatku dalam mencapai resolusi.

Aku menemukan 3 penghambat terbesar, gak sabar deh pengen tau juga hambatanmu sama gak sih kayak aku?

Hambatan terbesar #1:Menggantikan tugas yang seharusnya aku lakukan dengan tugas yang lebih mudah.

Aku tau aku harusnya bertemu ke acara-acara yang memungkinkan aku untuk mendapatkan koneksi di dunia kerja, tapi instead of doing that, aku malah lebih memilih nge-add orang di linkedin, simply because itu lebih gampang. Iya sih..lebih gampang..tapi itu gak lebih efektif. 

Hambatan terbesar #2:Menunda hingga sempurna

Aku punya ide bisnis yang oke dan yakin banget akan diterima oleh market. Tapi, aku nanti-nanti dulu, harus mempersiapkan segala bisnisnya sampe sempurna dulu. Sampe akhirnya ada yang punya ide yang sama kayak dan dia mulai duluan. boom! ide ku pun sia-sia cuma karena nunggu sempurna dulu.
Kalau aja aku berani mengambil keputusan dan bertindak, pasti ceritanya udah beda!

Hambatan terbesar #3:Mencari pembenaran dari sesuatu yang tidak ingin aku lakukan (padahal aku tau itu baik untuk aku)

Misalnya..aku tau aku harus ikut seminar or training yang bakal bagus banget untuk karier aku ke depannya, tapi aku mikir "ah nanti ajalah, gapapa kok gak pergi gak ada yang mengharuskan" padahal kamu tau itu BAGUS. atau kamu tau temenmu butuh bantuan kamu, tapi karena kamu malas kamu cari pembenaran "ah nanti ada juga pasti yang bantu dia". Begitu lah kira-kira yang disebut mencari pembenaran pada sesuatu yang sebenarnya kita gak pengen lakuin.


dan yaa..itulah 3 penghambat terbesarku untuk mencapai yang kuinginkan. Gimana, apa ada yang sama? Apa hambatan terbesar kamu? dan yang paling penting, gimana kamu akan mengatasi hambatan ini agar bisa mencapai resolusi tahun ini?

source: psychologytoday.com