Senin, 27 November 2017

Bingung mengatasi anak yang mulai masuk sekolah menengah ? simak ulasan ini






bagaimana merespon perilaku anak yang berubah?

Satu transisi anak yang paling sulit dihadapi oleh orang tua adalah transisi  dari sekolah dasar menuju ke sekolah menengah. Orang tua sering kali cemas ketika anaknya yang dulu mempercayakannya sekarang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya sendiri atau dengan teman-temannya. Mungkin ini juga akan menjadi yang pertama kalinya orang tua dipanggil oleh guru si anak dan guru akan mengatakan bahwa anak tidak lagi fokus belajar seperti sebelumnya. Meskipun hal ini dapat membuat anda sebagai orang tua menjadi berkecil hati, sebenarnya orang tua harus mengetahui bahwa ini adalah proses perkembangan yang normal terjadi pada anak.

Erikson menyebut fase ini sebagai fase "Identitas versus kebingungan identitas", pada masa ini anak remaja sedang mencoba untuk menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya. Sebagian besar remaja, pada tahap ini mulai memisahkan diri dengan orang tua dan lebih memfokuskan diri dengan membentuk ikatan yang erat dengan teman-temannya. Membangun ikatan yang kuat dengan sekolompok teman akan membantu anak dalam menemukan identitas dirinya. Masalahnya, kebanyakan orang tua mengingat pernah melewati tahap ini dan takut anaknya melakukan kesalahan-kesalahan di masa mudanya.

Perlu diketahui, meskipun orang tua telah berusaha untuk mencegah anak membuat kesalahan, anak akan tetap membuat kesalahan, dan sebagian kesalahan-kesalahan itu justru membantu anak belajar dan tumbuh. Hal paling penting pada tahap ini adalah membimbing anak agar anak tidak melakukan kesalahan besar yang dapat merubah hidup dan masa depannya. Sebagai contoh, orang tua cukup memantau komunikasi anak yang terjadi secara online, mendiskusikan dampak buruk dari perilaku seks dan penggunaan narkoba, dan memastikan anak untuk selalu aman dalam setiap kegiatannya. . Pada masa ini, orang tua tidak perlu mengikuti kemana pun anak pergi, tidak perlu menyelesaikan PR mereka, atau menyelesaikan semua permasalahan dan kepentingan anak. Melakukan hal-hal demikian, akan membuat anak tidak dapat belajar menyelesaikan masalah yang dibutuhkan untuk sukses dalam hidupnya ke depan.

Jadi apa yang harus dilakukan orang tua? Pertama, monitor anak tanpa harus mengganggu proses belajar anak. Hal ini berarti orang tua harus mengetahui dengan siapa saja anak berkomunikasi secara online, dimana saja anak setiap waktu, dan memastikan anak dibawah pengawasan orang dewasa ketika  anak tidak di rumah. Hal ini juga berarti membiarkan anak mengalami kesalahan-kesalahan kecil dan mengerti konsekuensinya selama tahap perkembangan ini, sebagai contoh ketika anak yang terlalu sering main, akan menurunkan peringkatnya di kelas, atau ketika anak menghilangkan sesuatu, anak berkewajiban untuk menggantinya. Ketika anak melakukan kesalahan kecil, orang tua boleh memberikan sedikit hukuman untuk anak, misalnya jam malam yang ditentukan orang tua adalah jam 7 malam dan ketika anak pulang melewati dari jam yang sudah ditentukan, orang tua tidak memberikan uang saku dikesokan harinya sebagai hukumannnya. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah kesalahan yang sehat dan membantu anak untuk belajar dari pilihan dan kesalahan mereka tanpa harus mengubah hidup mereka.

Satu hal lain yang harus diingat, jika guru mengatakan bahwa anak lebih fokus dengan teman-temannya dibandingkan fokus belajar.Hal ini mungkin mengecewakan untuk didengar,tapi tenang saja karena hal tersebut normal, sering terjadi dan merupakan bagian dari proses perkembangan anak. Pada poin ini, orang tua hanya harus lebih terlibat dalam memonitoring tugas sekolah anak, pertemanan anak, dan membantu anak untuk mengatasi konsekuensi dari kesalahan-kesalahan kecilnya.

Ketika tahap perkembangan anak ini terasa berat dan menyusahkan, ingatlah bahwa fase ini tidak akan berlangsung selamanya. Dan juga, seringkali apa yang terjadi justru memberikan dampak positif. Memperhatikan anak tumbuh dengan membangun kedekatan dengan teman sebayanya terkadang bisa menjadi hal yang menyenangkan untuk diamati dan jika bisa menjalankan tugas sebagai orang tua dengan baik dan benar, anda akan menjadi orang tua yang bangga ketika anak tumbuh menjadi orang yang berhasil nantinya.

Translation from : psychologytoday.com
Writer : Janet Hicks Ph.D

Jumat, 10 November 2017

Laki-laki juga butuh curhat loh



 

Dosen ku di Prodi Psikologi UII  pernah bilang kalau kalian punya saudara laki-laki, kerabat, ayah kalian sendiri atau temen laki-laki cobalah untuk sering-sering menanyakan keadaan mereka, buatlah mereka mencurahkan keluh kesah kepada kalian, itu akan membuat kondisi kesehatan mental mereka lebih baik.

Mengapa ? Karena laki-laki cenderung untuk menyimpan segala penderitaannya sendiri dan itu tidak baik untuk kesehatan mental mereka. Selama ini laki-laki dari kecil selalu diajarkan untuk kuat, mereka dari kecil diajarkan untuk gak boleh cengeng dan gak boleh nangis. Ketika mereka sudah besar, lingkungan sosial tetap menuntut mereka untuk menjadi sosok yang harus selalu kuat, tegar, harus kerja keras dan lain sebagainya.  Mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan keluh kesahnya. Mereka tumbuh menjadi seseorang yang  tidak mau terlihat lemah oleh siapapun, bahkan di depan temannya sendiri. 

Hal ini sering kali berakhir dengan banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh laki-laki. Bayangkan, dari sekian banyak kasus bunuh diri yang terjadi di dunia, 75%-nya dilakukan oleh laki-laki.  Dan kemungkinan penyebab paling kuat mengapa seseorang melakukan bunuh diri adalah karena depresi. Depresi karena mereka tidak dapat mengungkapkan penderitaannya dan segala bebannya.

Jadi, untuk kalian yang punya temen, pacar, ayah,atau sahabat laki-laki , dengarkan mereka.

Biarkan mereka mengatakan tentang segala keluh kesah yang mereka rasakan, cukup lingkungan sosial yang menuntut mereka untuk selalu terlihat kuat, tapi jangan biarkan orang terdekat juga demikian.

Pahami mereka (gak Cuma wanita loh yang ingin dimengerti :p), cari tau apa yang membuat mereka sedih dan sama-sama temukan solusinya. Katakan kepada mereka tidak semua beban yang mereka miliki harus selalu ditanggung sendiri, bilang pada mereka setidaknya bercerita itu akan membuat mereka merasa lebih ringan bebannya. 

Dan buat kalian laki-laki, jangan sok kuat! Luangkanlah waktumu untuk berkeluh kesah, tidak apa-apa. Kalian punya hak untuk sedih dan mengeluh sesekali itu wajar. Kalian boleh banget menangis, It’s okay, we all do. Tidak ada orang yang bisa tegar seratus persen setiap saat. Dan ketika kamu lelah dengan segala yang kamu hadapi, segala beban yang kamu pikul, istirahatlah, istirahatkan dirimu tidak hanya secara fisik, tapi juga istirahatkan mentalmu. Biarkan dirimu merasakan lepas dari beban sejenak. Dan ketika kamu merasa menjalani hidup yang berat, sadarilah bahwa tidak hanya kamu yang demikian, hampir semua dari kita pernah mengalami fase hidup yang tidak menyenangkan, kita semua punya beban yang kita pikul sesuai dengan porsinya masing-masing, kamu-tidak-sendiri.

Okaay, segitu aja. Sekian dari akuu. Selamat mencoba. Untuk para laki-laki,selamat berkeluh kesah ! Untuk para wanita, Selamat mendengarkan <3 !